Oleh: Imam Hanafie, S.Ag, M.A.
اَلْحَمْدُِللهِ الَّذِى جَعَلَ اْلإِنْسَانَ بِاْلإِيْمَانِ مُؤْمِنًا وَسَلاَمًا وَحَبَبَّهُمُ اْلإِيْمَانَ وَزَيَّنَهُ فِى قُلُوْبِهِمْ, وَكَرَّهُهُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَعَّرَفَهُمْ بِعُيُوْبِهِمْ, أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ اْلآمِيْنَ: اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ أَرْسَلَهُ بِلْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
(أَمَّا بَعْدُ) فَيَا عِبَادَ اللهِ. أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فىِكِتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم: لَقَدْ جآءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ ماَ عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.
Hadlirin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Sebagai umat yang menyatakan diri sebagai pengikut Rasulullah SAW dan membenarkan ajaran yang dibawa oleh beliau, maka sudah sepatutnya bagi kita untuk selalu berusaha dan berusaha untuk meningkatkan kualitas keimanan kita. Karena dengan keimanan yang semakin berkualitas itulah akan mengokohkan sendi-sendi kehidupan beragama kita, baik sebagai diri pribadi, sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai masyarakat suatu bangsa. Salah satu bentuk cerminan dari kualitas keimanan itu adalah kepiawaian setiap diri kita dalam mensyukuri semua nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada kita. Sebab semakin seseorang bersyukur atas apapun yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita, maka Allah SWT pun akan senantiasa menambah dan melipatgandakan nikmat itu. Sebaliknya jika kita tidak pandai-pandai mensyukuri nikmat itu, maka Allah SWT mengingatkan akan adzab-Nya yang pedih. Sebagaimana Allah SWT janjikan:
لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد. (إبرهيم:7)
Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).
Hadlirin jama’ah Jum’ah yang berbahagia,
Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang kepada sesama umat, dengan tanpa membeda-bedakan warna kulit, suku, bahasa, status sosial dan sebagainya. Lebih dari itu, Islam tidak hanya menganjurkan untuk memberikan kasih sayah kepada sesama umat manusia saja, bahkan Islam pun juga mengajarkan kepada umatnya untuk menebarkan kasih sayang kepada semua makhluk yang ada di bumi, termasuk di dalamnya kepada binatang.
Dikisahkan, ketika pada suatu hari Sahabat Umar r.a. berjalan-jalan ke kota Madinah, dilihatnya seorang anak kecil sedang mempermainkan seekor burung pipit dengan tangannya. Sahabat Umar merasa iba melihat seekor burung pipit dipermainkan anak kecil tersebut. Lalu ia membelinya, kemudian melepaskan burung tersebut sehingga burung tersebut bebas dan terbang ke angkasa.
Selanjutnya pada suatu saat ketika Sahabat Umar r.a, telah wafat, beberapa ulama bermimpi bertemu dengan Umar dan para ulama tersebut bertanya kepada Umar tentang keadaanya.
“Apa yang telah dilakukan oleh Allah SWT kepadamu, wahai Umar?” tanya mereka. Umar pun menjawab: “Allah SWT telah mengampuni dan melewatkan dosa-dosaku,”. Para ulama itupun bertanya lagi” “Karena apa Allah SWT mengampuni dan melewatkan dosa-dosamu? Apakah karena kedermawananmu? Karena keadilanmu, ataukah karena kezuhudanmu, wahai Umar?”
Umar pun menjawab: “Ketika kalian menguburkanku, menimbunku dengan tanah dan meninggalkan aku seorang diri, maka dua malaikat yang menakutkan mendatangiku. Aku kehilangan akal. Sendi-sendi tulangku terguncang karena ketakutan. Dua orang malaikat itupun mengambilku dan mendudukkanku dengan maksud menanyaiku. Tiba-tiba terdengar suara yang keras: “Tinggalkan hambaku ini! Jangan kamu menakut-nakutinya, karena Aku menyayangi dia”. Semua dosanya telah Kuampuni. Karena ketika di dunia ia telah menyayangi seekor burung pipit. Maka Aku pun menyayangi dia sebagai balasannya”.
Hadlirin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Dalam kisah yang lain diceritakan, seorang ulama yang arif dan bijaksana menegur kawan dekatnya sesama ulama hanya karena tidah tidak menaruh kasih sayang terhadap seekor hewan. Alkisah, ulama tersebur bernama Abu Ishak As-Sirazi. Suatu ketika Abu Ishak As-Sirazi sedang berjalan-jalan bersama kawan dekatnya, di tengah jalan ada seekor anjing, lantas anjing itu diusir oleh kawan ulama itu karena menghambat perjalanan mereka. Melihat tindakan kawannya itu, Abu Ishak As-Sirazi menegurnya: “Hai sahabat, apakah engkau tidak mengerti bahwa jalan ini adalah hak umum”.
Hadlirin jama’ah Jum’ah yang berbahagia,
Demikianlah, betapa luhurnya ajaran Islam. Islam tidak hanya menganjurkan untuk memberikan kasih sayang kepada sesama umat manusia, bahkan Islam pun menganjurkan kepada umatnya untuk memberikan kasih sayang kepada sesama makhluk, baik manusia maupun hewan, termasuk kepada seekor anjing sekalipun.
Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menyatakan:
اَلرَّحِمُوْنَ يَرْحَمْهُمُ الرَّحْمَنُ, قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالىَ: اِرْحَمُوْا مَنْ فِى اْلأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فىِ السَّمآءِ. (رواه الامام احمد)
Artinya: “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah SWT. Berkata Allah SWT: “Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya Dzat yang di langit akan menyayangimu” (HR. Imam Ahmad)
Hadlirin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Hadits Rasulullah SAW di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa menyebarkan kasih sayang bukanlah semata-mata dilakukan antar umat manusia, tetapi juga terhadap semua makhluk yang hidup di bumi, termasuk di dalamya tumbuh-tumbuhan dan hewan. Kalimat مَنْ فِى اْلأَرْضِ yang berarti apapun yang hidup di muka bumi menunjukkan bahwa anjuran untuk menyebarkan kasih sayang dianjurkan untuk diberikan kepada semua maklhuk hidup yang ada di muka bumi. Jika manusia dapat menebarkan kasih sayang kepada semua makhluk yang ada di bumi, maka Allah SWT menjanjikan akan mengkaruniakan kasih sayang-Nya pula kepada mereka, termasuk dengan memberikan kasih sayang-Nya kelak ketika Hari Pembalasan telah tiba, sebagaimana diilustrasikan dalam kisah Sahabat Umar r.a. yang diuraikan di muka tadi.
Hadlirin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Jika terhadap binatang saja kasih sayang dianjurkan untuk kita berikan, maka sudah seharusnya kasih sayang juga harus lebih kita berikan dan kita praktekkan terhadap sesama umat manusia, dengan tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing kita umat manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang semakin plural, di mana persoalan-persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ini makin hari semakin berat dan semakin kompleks seharusnya tidaklah semakin menjadikan kita bergaya hidup individualistis, nafsi-nafsi dan mementingkan diri sendiri, tetapi malah seharusnya kondisi yang semakin berat itu semakin menyadarkan diri kita masing-masing untuk saling bahu-membahu, membantu yang lemah, meringankan beban mereka agar mereka dapat menikmati kehidupan yang layak dan lebih baik sebagai sesama umat muslim dan sebagai sesama masyarakat suatu bangsa.
Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Baihaqi bersabda:
لَيْسَ بِمُؤْمِنٍ مَنْ بَاتَ شَبْعَانًا وَجَارُهُ إِلَى جَانِبِهِ جَائِعٌ وَهُوَ يَعْلَمُ. (رواه الطبراني والبيهقى)
Artinya: “Bukanlah orang beriman orang yang semalaman kenyang,sedangkan tetangga di sebelahnya dalam keadaan lapar, padahal ia mengetahuinya” (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Oleh karena itu, untuk mengakhiri khutbah ini marilah kita tanamkan rasa kasih sayang pada diri kita dan keluarga kita, yakni kasih sayang kepada sesama manusia dan sesama makhluk, lebih-lebih terhadap sesama muslim. Kita menyadari bahwa salah satu bentuk realisasi dari ungkapan kasih sayang kita itu adalah dengan menunjukkan kepedulian kita kepada sesama muslim, sesama umat manusia, dan sesama makhluk ciptaan Allah SWT di muka bumi.
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّيْنَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَالسَّآئِلِيْنَ وَفِي الرِّقَابِ…
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, ….(QS. Al-Baqarah: 177)
بَارَكَاللهُ لِىوَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَطِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنّىِ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ, اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ. وَاسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
—————————————————————————-
Written by: Imam Hanafie el-Arwany
Ilustration: Tebuireng Online
Disampaikan di Masjid Perum Erlisa. Jum’at, 28 April 2006