اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلى عَبْدِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَهْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ, وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آل سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ مِلَّتَهُ اِلى يَوْمِ الْقِيَامَةِ (أَمَّا بَعْدُ) أُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قال تعالى: إنا أنزلناه في ليلة القدر{1} وما أدراك ما ليلة القدر{2} ليلة القدر خير من ألف شهر{3} تنزل الملائكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر{4} سلام هي حتى مطلع الفجر(القدر:1-4)
Hadirin jamaah jum’ah rahimakumullah,
Pada kesempatan majlis jum’ah yang mulia ini, marilah kita senantiasa berupaya secara kontinyu dan tanpa kenal lelah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena hanya dengan iman dan taqwa itulah yang menjadi sebenar-benarnya bekal bagi kita untuk mengarungi kehidupan di dunia, sekaligus menjadi bekal bagi kita untuk menuju kampung akhirat yang hakiki. Terlebih di bulan Ramadhan inilah, terbuka lebar kesempatan bagi kita untuk memperbanyak amal dan ibadah yang nilai pahalanya berlipat ganda daripada di bulan-bulan lainnya. Semakin banyak amal ibadah yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan di bulan suci ini, mencerminkan semakin meningkatnya iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Semakin meningkatnya iman dan taqwa kita kepada Allah SWT di bulan suci Ramadhan ini, menandakan semakin bertambahnya prestasi penghambaan kita kepada Sang Khalik Rabbul Izzati, karena seorang mukmin yang paling beruntung di dunia ini adalah ketika amal dan ibadahnya hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan selalu berusaha keras agar amal dan ibadahnya di hari esok, akan lebih baik daripada hari ini.
Hadirin sidang Jum’ah yang berbahagia,
Tanpa terasa hari ini kita telah berada di hari yang ke-20 di bulan suci Ramadhan. Jika sepuluh hari pertama di bulan Ramadhan disebut dengan hari-hari yang penuh dengan rahmat, sepuluh hari kedua disebut dengan hari-hari yang penuh dengan ampunan (maghfirah), maka pada sepuluh hari terakhir, yakni mulai tanggal 21 hingga 30 di bulan suci ini dicanangkan sebagai hari-hari dalam rangka pembebasan dari api neraka atau ‘itqum minannar. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW dari Ibnu Khuzaimah dan Salman yang berbunyi:
…وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ, وَأَوْسَتُهُ مَغْفِرَةٌ, وَأَخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ…
Artinya: “Ramadhan adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya penuh ampunan, dan akhirnya pembebas dari neraka”.
Hadirin jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Mulai malam nanti, kita akan memasuki malam-malam likur, yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Di malam-malam antara tanggal 21 hingga tanggal 30 itu, biasanya banyak orang yang berharap agar dapat memperoleh pahala malam yang paling istimewa, yang kita kenal dengan malam lailatul qadar. Malam lailatul qadar adalah malam yang pada malam itu al-Quranul Karim diturunkan. Sebagaimana disebutkan dalam al-Quran Surah adh-Dhukhan ayat 3:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ (الدخان: 3)
Artinya: “sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” (QS. Ad-Dukhan: 3).
Secara etimologis, Lailatul Qadar terdiri dari dua kata, yaitu al-Lail dan al-Qadar. Al-Lail bermakna malam tertentu atau suatu malam. Sedangkan al-Qadar berarti kekuasaan, kekuatan, ketetapan, kebesaran, kemuliaan, dan keberkahan.
Sedangkan dari segi terminologinya, Lailatul Qadar menurut Abdullah Bin Abbas adalah malam penentuan, yakni Allah SWT menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada tahun tersebut, seperti: ketentuan untuk menciptakan rizki, kehidupan, kematian, serta segala urusan dunia, sejak malam tersebut hingga tahun yang akan datang.
Hadirin jama’ah Jum’ah yang berbahagia,
Lailatul Qadar adalah suatu malam yang penuh dengan keagungan, malam yang mempunyai keistimewaan yang luar biasa. Beribadah pada malam al-Qadar lebih baik nilainya daripada seribu bulan, yakni pahalanya lebih besar dibanding beribadah selama 83 tahun 4 bulan yang bukan atau selain Lailatul Qadar. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ )Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.(
Mengapa lailatul qadar hanya diperuntukkan bagi kita umat Rasulullah SAW? Imam Malik r.a. dalam kitab al-Muwaththa’-nya memberikan argumentasi bahwa lailatul qadar diberikan kepada umat Rasulullah SAW adalah karena kekhawatiran Rasulullah SAW bahwa ibadah umatnya tidak dapat tidak dapat mengimbangi ibadahnya umat dari nabi-nabi terdahulu. Sebagaimana kita ketahui, bahwa umat nabi-nabi terdahulu rata-rata usianya panjang, sedangkan umat Rasulullah SAW usianya rata-rata pendek. Dari situlah kemudian Allah SWT memberikan Lailatul Qadar yang nilai ibadahnya lebih bagus dari seribu bulan.
Hadirin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Lailatul Qadar dalam kenyataannya tetaplah menjadi sebuah misteri. Mengenai kapan, di mana, dan untuk siapa diturunkannya tidak ada petunjuk yang pasti, bahkan al-Qur’an dan Hadits sendiripun tidak memberikan penegasan secara pasti kapan Lailatul Qadar dapat dicari. Hikmah dari ketidakpastian mengenai kapan turunnya Lailatul Qadar ini adalah agar kita memiliki semangat juang yang tinggi untuk selalu berusaha mencarinya. Hanya saja beberapa hadits telah memberikan ancar-ancar mengenai waktu turunnya Lailatul Qadar. Seperti Sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ ْالأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ (رواه البخارى والمسلم)
Artinya: “Carilah Lailatul Qadar itu di malam yang ganjil dari puluhan yang akhir dari bulan Ramadhan” (HR. Bukhari-Muslim).
Berdasarkan hadits di atas kita dianjurkan untuk mencari lailatul Qadar pada asyrul akhir (sepuluh hari terakhir) pada tanggal-tanggal ganjil, yakni mulai tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29 atau di akhir Ramadhan. Bahkan beberapa pendapat secara lebih spesifik menyatakan bahwa lailatul qadar diturunkan tanggal 27 di malam bulan Ramadhan. Misalnya, pendapat Ubay Bin Ka’ab, Ibnu Abbas dan sahabat-sahabat yang lain mengatakan lailatul qadar diturunkan pada tanggal 27. bahkan Ubay Bin Ka’ab menekankan bahwa pada waktu itu matahari terbit tanpa sinar yang terik. Ada pula sebagian ulama yang menetapkan tanggal 27 dengan memberikan argumentasi bahwa huruf pada kalimat Lailatul Qadar dalam tulisan Arab itu berjumlah 9, dan kalimat Lailatul Qadar itu disebutkan dalam Surah al-Qadar sebanyak 3 kali. kemudian dari perolehan angka 9 dan 3 tersebut dikalikan, maka diperolehlah angka 27. berdasarkan perhitungan ini, tanggal pada 27 itulah malam al-Qadar.
Hadirin jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Bagaimana cara memperoleh Lailatul Qadar? Salah satu cara yang hendaknya ditempuh untuk menemukan dan mencapai lailatul qadar adalah dengan melakukan I’tikaf. Yaitu dian menetap berada di masjid, berkhalwat di dalamnya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, sekaligus menjauhkan diri dari maksiat.
I’tikaf hukumnya sunat. ia merupakan syari’at yang juga dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim a.s dan putranya Nabi Isma’il a.s. Rasulullah SAW sendiri selalu menanti dan menyonsong Lailatul Qadar dengan beribadat, dan mewujudkan suasana psikologis yang sesuai dengan saat-saat turunnya para malaikat yang mengunjungi hamba-hamba Allah di muka bumi
Hadirin jamaah Jum’ah yang berbahagia,
Bagaimanapun Lailatul Qadar tetaplah menjadi rahasia, yang tentu menyimpan hikmah Ilahi yang sangat tinggi. Yang pasti Lailatul Qadar memang ada dan datang pada tanggal-tanggal ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan setiap tahunsebagaimana yang telah diterangkan dalah sabda Rasulullah SAW menurut riwayat Imam Bukhari di atas.
Akhirnya, marilah kita jemput Lailatul Qadar dengan cara melipatgandakan ibadah-ibadah sunah lainnya, seperti: istighfar, takbir, tahmid, dan tahlil, shalawat, serta doa-doa lainnya. Semoga bulan Ramadhan ini yang kita lalui kali ini, dapat memberikan pengalaman-pengalaman spiritual dan kesadaran purna yang membekas dalam setiap gerak dzahir dan batin dalam kehidupan kita, sehingga pada akhirnya kita akan menjadi insan muttaqin, Amin Yarabbal ‘Alamin. وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (الطلاق: 4). “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”.
وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْآنَ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. : إنا أنزلناه في ليلة القدر{1} وما أدراك ما ليلة القدر{2} ليلة القدر خير من ألف شهر{3} تنزل الملائكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر{4} سلام هي حتى مطلع الفجر.
بَارَكَ اللهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِىْ وَاِيَّاكُمْ بِاْلأَياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ.
————————————————–
Written by: Imam Hanafie el-Arwany
Memo: 13 Oktober 2006
Ilustrasi: