Belajar dari Wong Cilik

Biasanya kalau kita ingin memperoleh sesuatu yang memiliki nilai lebih semisal pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kita sering belajar dari orang-orang besar, tokoh-tokoh terkenal, ilmuwan-ilmuwan populer, atau ulama-ulama legendaris yang kita anggap memiliki daya linuwih sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hal itu memang lumrah, karena memang mereka sudah teruji kredibilitas dan kompetensinya, sudah memiliki bekal yang cukup untuk dapat disebut sebagai orang besar, tokoh, ilmuwan ataupun ulama.

Tapi pada kesempatan ini, saya ingin mengajak diri saya sendiri dan anda untuk mengenali dan menjelajahi dunia orang-orang kecil yang mungkin saja dari mereka kita bisa memetik pelajaran berharga, tentu dengan tidak bermaksud mengajak anda untuk menjadi orang kecil tapi justru untuk menjadi “orang besar”.

Orang kecil atau istilah-istilah lain yang sering kita dengar semisal “wong cilik”, “kaum alit”, atau “orang pinggiran” adalah kelompok masyarakat yang di negara berkembang seperti Indonesia ini jumlahnya mayoritas jika dibanding dengan “orang besar”, “orang berada” atau kelompok masyarakat yang hidupnya serba berkecukupan baik dari segi materiel ataupun taraf pendidikan. Orang kecil itu hampir ada di semua wilayah, dari pedalaman hingga perkotaan, dari Sabang hingga Merauke, bahkan di seluruh penjuru dunia, dan bahkan di negara maju seperti Amerika pun orang kecil selalu ada.

Siapakah sebenarnya “orang kecil” itu? Mereka adalah kelompok masyarakat yang taraf hidupnya berada di bawah garis kemiskinan. Mereka adalah orang-orang yang hidupnya kurang beruntung, yang pendapatan sehari-harinya berada di bawah standar. Mereka adalah orang-orang yang tingkat pendidikannya kurang memadai sehingga kurang mendukung untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Pendek kata, orang kecil adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang kehidupannya selalu digelayuti oleh segudang problem yang tak ada habis-habisnya, mulai dari masalah ekonomi, pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan seterusnya.

Orang-orang kecil dengan segala problem kehidupannya bukanlah orang-orang yang kesemuanya berwatak kerdil. Banyak orang-orang kecil yang memiliki sikap hidup yang jauh lebih baik dari orang-orang besar. Tidak sedikit orang-orang kecil yang kualitas keberagamaannya (religiusitas) jauh lebih mumpuni dibanding orang-orang besar.

Berapa banyak mereka yang berpredikat “orang besar” yang memiliki kedudukan tinggi, pekerjaan yang sangat layak, taraf pendidikannya yang sangat memadai, yang sering disebut-sebut sebagai tokoh itu ternyata masih saja mengais-ngais rizki dengan jalan korupsi, menumpuk-numpuk kekayaan dengan cara yang syubhat bahkan haram. Orang-orang besar seperti inilah akibat terlalu sering “melihat ke atas” dan jarang “melihat ke bawah” sehingga ia lupa bahwa di bawahnya masih banyak ribuan bahkan jutaan orang-orang kecil yang kehidupannya jauh lebih rumit darinya.

Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak melihat kepada bentuk rupamu, tidak pula kepada jumlah kamu, dan tidak pula kepada harta kekayaanmu; Akan tetapi Dia melihat kepada hatimu dan amal perbuatanmu” (HR. Tabrani)”. 

Sabda Rasulullah SAW ini memberikan penegasan bahwa dalam pandangan Allah SWT tidak berlaku terminologi kaya-miskin, jabatan tinggi-rendah, orang besar-orang kecil dan seterusnya, akan tetapi yang menjadi pembeda di antara umat manusia adalah kepemilikan atas “kekayaan hati” dan kualitas amal masing-masing umat.

Pendek kata, orang-orang kecil yang hidupnya serba kekurangan dan tak memiliki prestise keduniawian tapi memiliki tingkat penghambaan yang tinggi kepada Sang Khalik adalah jauh lebih tinggi derajatnya dibanding orang besar yang hidupnya serba berkecukupan, berkedudukan tinggi dan terhormat tapi kehidupannya jauh dari Tuhan.

Kehidupan orang-orang kecil yang secara ekonomi serba kekurangan tapi seolah-olah tidak terpengaruh dengan kondisi yang menghimpitnya bahkan semakin mendekatkan dirinya dengan Tuhan pernah mengusik benak almarhum Gito Rollies mantan rocker yang akhirnya mengembalikannya ke jalan yang benar. Gito Rollies adalah salah satu di antara “orang besar” yang beruntung dikarunai nikmat hidayah oleh Allah SWT.

Pernah suatu kali Gito merenung, mengapa orang-orang kecil para tetangganya itu terlihat memiliki kedamaian yang memancar di raut wajahnya meskipun sebenarnya hidupnya serba kekurangan dan penuh masalah? Sedangkan ia sendiri yang serba berkecukupan dari segi materi tapi jarang mendapatkan ketenangan batin? Pertanyaan-pertanyaan itulah salah satunya yang mengantarkan Gito Rollies meninggalkan kehidupan hitamnya dan bertekad mengisi kehampaan hatinya dan mulai menata kembali hidupnya.

Itulah sedikit dari pelajaran berharga yang dapat kita petik dari sosok orang kecil, bahwa orang kecil itu tidak selamanya berjiwa kerdil. Oleh karena itu janganlah sekali-kali meremehkan bahkan merendahkan orang kecil, karena boleh jadi orang kecil itu memiliki derajat yang istimewa di mata Tuhan. Seharusnyalah orang-orang yang beruntung memperoleh predikat sebagai orang besar itu belajar dari orang kecil, karena tidak sedikit orang-orang kecil yang meskipun taraf keduniawiannya rendah tetapi justru memperoleh derajat yang mulia di sisi Tuhannya, yakni mereka lebih mengerti siapa penciptanya dan bagaimana harus memperlakukan Sang Penciptanya.

Walhasil, banyak-banyaklah bersyukur dan bersikaplah optimistis baik ketika menjadi orang besar atau orang kecil, niscaya Tuhan akan menjadikan kita orang besar dalam pandangan-Nya. (Sangatta, 8/5/2010)

  • Written by: Imam Hanafie el-Arwany
Tulisan ini dipublikasikan di Hikmah dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *